Merindu SYAHID
_Menjelang shubuh, Khalifah Umar bin Al Khathab berkeliling kota
membangunkan kaum muslimin untuk shalat shubuh. Ketika waktu shalat
tiba, beliau sendiri yang mengatur saf (barisan) dan mengimami para jamaah.
Pada shubuh itu, tragedi besar dalam sejarah terjadi. Saat Khalifah mengucapkan takbiratul ihram, tiba-tiba seorang lelaki bernama Abu Lu'luah menikamkan sebilah pisau ke bahu, pinggang, dan ke bawah pusar beliau. Darah pun menyembur.
Namun, Khalifah yang berjuluk "Singa Padang Pasir" ini bergeming dari kekhusyukannya memimpin shalat. Padahal, waktu shalat masih bisa ditangguhkan beberapa saat sebelum terbitnya matahari. Sekuat apa pun Umar, akhirnya ambruk juga. Walau demikian, beliau masih sempat memerintahkan Abdurrahman bin 'Auf untuk menggantikan posisinya sebagai imam.
Beberapa saat setelah ditikam, kesadaran dan ketidaksadaran silih berganti mendatangi Khalifah Umar. Para sahabat yang mengelilinginya demikian cemas akan keselamatan Khalifah.
Salah seorang di antara mereka berkata, "Kalau beliau masih hidup, tidak ada yang bisa menyadarkannya selain kata-kata shalat!"
Lalu, yang hadir serentak berkata, "Shalat, wahai Amirul Mukminin. Shalat telah hampir dilaksanakan."
Beliau langsung tersadar, "Shalat? Kalau demikian di sanalah Allah. Tiada keberuntungan dalam Islam bagi yang meninggalkan shalat." Lalu, beliau melaksanakan shalat dengan darah bercucuran. Taklama kemudian, sahabat terbaik Rasulullah saw. ini pun wafat.
Sebenarnya, apa yang terjadi pada Umar Al Faruq ini adalah buah dari doa yang beliau panjatkan kepada Allah Swt. Alkisah, suatu ketika, saat sedang wukuf di Arafah, beliau membaca doa, "Ya Allah, aku mohon mati syahid di jalan-Mu dan wafat di negeri Rasul-Mu (Madinah)." (HR Malik)
Sepulangnya dari menunaikan ibadah haji, Umar pun menceritakan soal doanya itu kepada salah seorang sahabatnya di Madinah. Sahabat itu pun berkomentar, "Wahai Khalifah, jika engkau berharap mati syahid, tidak mungkin di sini. Pergilah keluar untuk berjihad, niscaya engkau bakal menemuinya."
Dengan ringan, Umar menjawab, "Aku telah mengajukannya kepada Allah. Terserah Allah."
Keesokan harinya, saat Umar mengimami shalat shubuh di masjid, seorang pengkhianat Majusi bernama Abu Lu'luah itu menghunuskan pisaunya ke tubuh Umar yang menyebabkan beliau mendapat tiga tusukan dalam dan tubuhnya pun roboh di samping mihrab.
Seperti itulah, Allah telah mengabulkan doa Umar bin Al Khathab untuk bisa syahid di Madinah dan dimakamkan berdampingan dengan Rasulullah saw. dan Abu Bakar Ash Shiddiq.
Pada shubuh itu, tragedi besar dalam sejarah terjadi. Saat Khalifah mengucapkan takbiratul ihram, tiba-tiba seorang lelaki bernama Abu Lu'luah menikamkan sebilah pisau ke bahu, pinggang, dan ke bawah pusar beliau. Darah pun menyembur.
Namun, Khalifah yang berjuluk "Singa Padang Pasir" ini bergeming dari kekhusyukannya memimpin shalat. Padahal, waktu shalat masih bisa ditangguhkan beberapa saat sebelum terbitnya matahari. Sekuat apa pun Umar, akhirnya ambruk juga. Walau demikian, beliau masih sempat memerintahkan Abdurrahman bin 'Auf untuk menggantikan posisinya sebagai imam.
Beberapa saat setelah ditikam, kesadaran dan ketidaksadaran silih berganti mendatangi Khalifah Umar. Para sahabat yang mengelilinginya demikian cemas akan keselamatan Khalifah.
Salah seorang di antara mereka berkata, "Kalau beliau masih hidup, tidak ada yang bisa menyadarkannya selain kata-kata shalat!"
Lalu, yang hadir serentak berkata, "Shalat, wahai Amirul Mukminin. Shalat telah hampir dilaksanakan."
Beliau langsung tersadar, "Shalat? Kalau demikian di sanalah Allah. Tiada keberuntungan dalam Islam bagi yang meninggalkan shalat." Lalu, beliau melaksanakan shalat dengan darah bercucuran. Taklama kemudian, sahabat terbaik Rasulullah saw. ini pun wafat.
Sebenarnya, apa yang terjadi pada Umar Al Faruq ini adalah buah dari doa yang beliau panjatkan kepada Allah Swt. Alkisah, suatu ketika, saat sedang wukuf di Arafah, beliau membaca doa, "Ya Allah, aku mohon mati syahid di jalan-Mu dan wafat di negeri Rasul-Mu (Madinah)." (HR Malik)
Sepulangnya dari menunaikan ibadah haji, Umar pun menceritakan soal doanya itu kepada salah seorang sahabatnya di Madinah. Sahabat itu pun berkomentar, "Wahai Khalifah, jika engkau berharap mati syahid, tidak mungkin di sini. Pergilah keluar untuk berjihad, niscaya engkau bakal menemuinya."
Dengan ringan, Umar menjawab, "Aku telah mengajukannya kepada Allah. Terserah Allah."
Keesokan harinya, saat Umar mengimami shalat shubuh di masjid, seorang pengkhianat Majusi bernama Abu Lu'luah itu menghunuskan pisaunya ke tubuh Umar yang menyebabkan beliau mendapat tiga tusukan dalam dan tubuhnya pun roboh di samping mihrab.
Seperti itulah, Allah telah mengabulkan doa Umar bin Al Khathab untuk bisa syahid di Madinah dan dimakamkan berdampingan dengan Rasulullah saw. dan Abu Bakar Ash Shiddiq.
_Jatidiri Kita yang Sebenarnya
_Alkisah, di tengah samudra yang maha luas, tampaklah ombak besar sedang
bergulung-gulung dengan suaranya yang menggelegar, tampak bersuka ria
menikmati kedasyatan kekuatannya, seakan-akan menyatakan keberadaan
dirinya yang besar dan gagah perkasa.
Sementara itu, jauh di belakang gelombang ombak besar, tampak sang ombak kecil bersusah payah mengikuti. Ia terlihat lemah, tertatih-tatih, tak berdaya, dan jauh tersisih di belakang. Akhirnya, ombak kecil hanya bisa menyerah dan mengekor ke mana pun ombak besar pergi. Tetapi, di benaknya selalu muncul pertanyaan, mengapa dirinya begitu lebih lemah dan tak berdaya?
Suatu kali, ombak kecil bermaksud mengadu kepada ombak besar. Sambil tertaih-tatih ombak kecil berteriak: “Hai ombak besar. Tunggu!”
Sayup-sayup suara ombak kecil didengar juga oleh ombak besar. Lalu sang ombak besar sedikit memperlambat gerakannya dan berputar-putar mendekati arah datangnya suara. “Ada apa sahabat?” Jawab ombak besar dengan suara menggelegar hebat.
“Aih.pelankan suaramu. Dengarlah, mengapa engkau bisa begitu besar? Begitu kuat, gagah, dan perkasa? Sementara diriku. ah. begitu kecil, lemah dan tak berdaya. Apa sesungguhnya yang membuat kita begitu berbeda, wahai ombak besar?”
Ombak besar pun menjawab, “Sahabatku, kamu menganggap dirimu sendiri kecil dan tidak berdaya, sementara kamu menganggap aku begitu hebat dan luar biasa, anggapanmu itu muncul karena kamu belum sadar dan belum mengerti jati dirimu yang sebenarnya, hakikat dirimu snediri”. “Jati diri? Hakikat diri? Kalau jati diriku bukan ombak kecil, lalu aku ini apa?” Tanya ombak kecil, “Tolong jelaskan, aku semakin bingung dan tidak mengerti.”
Ombak besar meneruskan, “Memang di antara kita terasa berbeda tetapi sebenarnya jati diri kita adalah sama, kamu bukan ombak kecil, aku pun juga bukan ombak besar. Ombak besar dan ombak kecil adalah sifat kita yang sementara. Jati diri kita yang sejati sama, kita adalah air. Bila kamu menyadari bahwa kita sama-sama air, maka kamu tidak akan menderita lagi, kamu adalah air, setiap waktu kamu bisa menikmati menjadi ombak besar seperti aku, kuat gagah dan perkasa.”
Mendengar kata-kata bijak sang ombak besar, mendadak timbul kesadaran dalam diri ombak kecil. “Ya, benar, aku bukan ombak kecil. Jati diriku adalah air, tidak perlu aku berkecil hati dan menderita.”
Dan, sejak saat itu, si ombak kecil pun menyadari dan menemukan potensi dirinya yang maha dasyat. Dengan ketekunan dan keuletannya, ia berhasil menemukan cara-cara untuk menjadikan dirinya semakin besar, kuat, dan perkasa, sebagaimana sahabatnya yang dulu dianggapnya besar. Akhirnya, mereka hidup bersama dalam keharmonisan alam. Ada kalanya yang satu lebih besar dan yang lain kecil. Kadang yang satu lebih kuat dan yang lain lemah.
Begitulah, mereka menikmati siklus kehidupan dengan penuh hikmat dan kesadaran.
Sebagai manusia, sering kali kita terjebak dalam kebimbangan akibat situasi sulit yang kita hadapi, yang sesungguhnya itu hanyalah pernak-pernik atau tahapan dalam perjalanan kehidupan. Sering kali kita memvonis keadaan itu sebagai suratan takdir, lalu muncullah mitos-mitos: aku tidak beruntung, nasibku jelek, aku orang gagal, dan lebih parah lagi menganggap kondisi tersebut sebagai bentuk “ketidakadilan” Tuhan.
Dengan memahami bahwa jati diri kita adalah sama-sama manusia, tidak ada alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain. Karena sesungguhnya kesuksesan, kesejahteraan dan kebahagiaan bukan monopoli orang-orang tertentu, jika orang lain bisa sukses, kita pun juga bisa sukses! Kesadaran tentang jati diri bila telah mampu kita temukan, maka di dalam diri kita akan timbul daya dorong dan semangat hidup yang penuh gairah sedahsyat ombak besar di samudra nan luas. Siap menghadapi setiap tantangan dengan mental yang optimis aktif, dan siap mengembangkan potensi terbaik demi menapaki puncak tangga kesuksesan.
“Jati diri kita adalah sama-sama manusia! Tidak ada alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain. Jika orang lain bisa sukses, kita pun bisa sukses!”
Sementara itu, jauh di belakang gelombang ombak besar, tampak sang ombak kecil bersusah payah mengikuti. Ia terlihat lemah, tertatih-tatih, tak berdaya, dan jauh tersisih di belakang. Akhirnya, ombak kecil hanya bisa menyerah dan mengekor ke mana pun ombak besar pergi. Tetapi, di benaknya selalu muncul pertanyaan, mengapa dirinya begitu lebih lemah dan tak berdaya?
Suatu kali, ombak kecil bermaksud mengadu kepada ombak besar. Sambil tertaih-tatih ombak kecil berteriak: “Hai ombak besar. Tunggu!”
Sayup-sayup suara ombak kecil didengar juga oleh ombak besar. Lalu sang ombak besar sedikit memperlambat gerakannya dan berputar-putar mendekati arah datangnya suara. “Ada apa sahabat?” Jawab ombak besar dengan suara menggelegar hebat.
“Aih.pelankan suaramu. Dengarlah, mengapa engkau bisa begitu besar? Begitu kuat, gagah, dan perkasa? Sementara diriku. ah. begitu kecil, lemah dan tak berdaya. Apa sesungguhnya yang membuat kita begitu berbeda, wahai ombak besar?”
Ombak besar pun menjawab, “Sahabatku, kamu menganggap dirimu sendiri kecil dan tidak berdaya, sementara kamu menganggap aku begitu hebat dan luar biasa, anggapanmu itu muncul karena kamu belum sadar dan belum mengerti jati dirimu yang sebenarnya, hakikat dirimu snediri”. “Jati diri? Hakikat diri? Kalau jati diriku bukan ombak kecil, lalu aku ini apa?” Tanya ombak kecil, “Tolong jelaskan, aku semakin bingung dan tidak mengerti.”
Ombak besar meneruskan, “Memang di antara kita terasa berbeda tetapi sebenarnya jati diri kita adalah sama, kamu bukan ombak kecil, aku pun juga bukan ombak besar. Ombak besar dan ombak kecil adalah sifat kita yang sementara. Jati diri kita yang sejati sama, kita adalah air. Bila kamu menyadari bahwa kita sama-sama air, maka kamu tidak akan menderita lagi, kamu adalah air, setiap waktu kamu bisa menikmati menjadi ombak besar seperti aku, kuat gagah dan perkasa.”
Mendengar kata-kata bijak sang ombak besar, mendadak timbul kesadaran dalam diri ombak kecil. “Ya, benar, aku bukan ombak kecil. Jati diriku adalah air, tidak perlu aku berkecil hati dan menderita.”
Dan, sejak saat itu, si ombak kecil pun menyadari dan menemukan potensi dirinya yang maha dasyat. Dengan ketekunan dan keuletannya, ia berhasil menemukan cara-cara untuk menjadikan dirinya semakin besar, kuat, dan perkasa, sebagaimana sahabatnya yang dulu dianggapnya besar. Akhirnya, mereka hidup bersama dalam keharmonisan alam. Ada kalanya yang satu lebih besar dan yang lain kecil. Kadang yang satu lebih kuat dan yang lain lemah.
Begitulah, mereka menikmati siklus kehidupan dengan penuh hikmat dan kesadaran.
Sebagai manusia, sering kali kita terjebak dalam kebimbangan akibat situasi sulit yang kita hadapi, yang sesungguhnya itu hanyalah pernak-pernik atau tahapan dalam perjalanan kehidupan. Sering kali kita memvonis keadaan itu sebagai suratan takdir, lalu muncullah mitos-mitos: aku tidak beruntung, nasibku jelek, aku orang gagal, dan lebih parah lagi menganggap kondisi tersebut sebagai bentuk “ketidakadilan” Tuhan.
Dengan memahami bahwa jati diri kita adalah sama-sama manusia, tidak ada alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain. Karena sesungguhnya kesuksesan, kesejahteraan dan kebahagiaan bukan monopoli orang-orang tertentu, jika orang lain bisa sukses, kita pun juga bisa sukses! Kesadaran tentang jati diri bila telah mampu kita temukan, maka di dalam diri kita akan timbul daya dorong dan semangat hidup yang penuh gairah sedahsyat ombak besar di samudra nan luas. Siap menghadapi setiap tantangan dengan mental yang optimis aktif, dan siap mengembangkan potensi terbaik demi menapaki puncak tangga kesuksesan.
“Jati diri kita adalah sama-sama manusia! Tidak ada alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain. Jika orang lain bisa sukses, kita pun bisa sukses!”
_Inspirasi Cinta
_sekilas pikiran melompat
menggelitik hati yang bertanya
sesuatu yang indah
terhalang kabut harapan
cinta diselimuti materi
materi diselimuti cinta
sulit untuk menerimanya
materi sudah menjadi inspirasi
inspirasi dalam mencintai
inspirasi dalam menyayangi
inspirasi dalam memutuskan
inspirasi dalam menyakiti
airmata bisa dihapuskan
tapi kenangan siapa yang mampu
dua sisi belati menyayat hati
cinta dan benci berlumuran darah
cinta sejati mulai kehabisan nafas
sekarat tergolek lemah
untuk kesekian kalinya
cinta sejati akhirnya tewas
sederhana namun indah
sederhana namun berharga
bagai intan permata berkilauan
cinta sejati yang semakin langka
Kuarahkan pandangku
dalam senyuman yang mempesona
dalam sinar mata yang menghidupkan
dalam wajah yang menyejukkan
Namun tidak kutemukan
sesuatu yang hilang dariku
Ku akhirnya tahu
cinta bersahabat dengan waktu
Waktu milik Sang Pencipta
Terbungkus rapi dalam genggaman-Nya
Ku akhirnya yakin
Aku pasti akan menemukan dan memeluknya
Suatu saat nanti …
menggelitik hati yang bertanya
sesuatu yang indah
terhalang kabut harapan
cinta diselimuti materi
materi diselimuti cinta
sulit untuk menerimanya
materi sudah menjadi inspirasi
inspirasi dalam mencintai
inspirasi dalam menyayangi
inspirasi dalam memutuskan
inspirasi dalam menyakiti
airmata bisa dihapuskan
tapi kenangan siapa yang mampu
dua sisi belati menyayat hati
cinta dan benci berlumuran darah
cinta sejati mulai kehabisan nafas
sekarat tergolek lemah
untuk kesekian kalinya
cinta sejati akhirnya tewas
sederhana namun indah
sederhana namun berharga
bagai intan permata berkilauan
cinta sejati yang semakin langka
Kuarahkan pandangku
dalam senyuman yang mempesona
dalam sinar mata yang menghidupkan
dalam wajah yang menyejukkan
Namun tidak kutemukan
sesuatu yang hilang dariku
Ku akhirnya tahu
cinta bersahabat dengan waktu
Waktu milik Sang Pencipta
Terbungkus rapi dalam genggaman-Nya
Ku akhirnya yakin
Aku pasti akan menemukan dan memeluknya
Suatu saat nanti …
Cinta itu.....?
_Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi,
cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah
membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan; manakala
kebencian membawa kepada kemusnahan.~ Mahatma Ghandi
Tuhan memberi kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah namanya Cinta.
Ada 2 titis air mata mengalir di sebuah sungai. Satu titis air mata tu menyapa air mata yg satu lagi,” Saya air mata seorang gadis yang mencintai seorang lelaki tetapi telah kehilangannya. Siapa kamu pula?”. Jawab titis air mata kedua tu,” Saya air mata seorang lelaki yang menyesal membiarkan seorang gadis yang mencintai saya berlalu begitu sahaja.”
Cinta sejati adalah ketika dia mencintai orang lain, dan kamu masih mampu tersenyum, sambil berkata: aku turut bahagia untukmu.
Jika kita mencintai seseorang, kita akan sentiasa mendoakannya walaupun dia tidak berada disisi kita.
Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.
Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan rasa suka dimulai dari telinga. Jadi jika kamu mahu berhenti menyukai seseorang, cukup dengan menutup telinga. Tapi apabila kamu Coba menutup matamu dari orang yang kamu cintai, cinta itu berubah menjadi titisan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam jarak waktu yang cukup lama.
Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.
Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia , lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya . Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya.
Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dan bercinta dengan orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterima kasih atas kurniaan itu.
Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat -Hamka
Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat.
Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.
Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu. Hanya untuk menemukan bahawa pada akhirnya menjadi tidak bererti dan kamu harus membiarkannya pergi.
Kamu tahu bahwa kamu sangat merindukan seseorang, ketika kamu memikirkannya hatimu hancur berkeping.
Dan hanya dengan mendengar kata “Hai” darinya, dapat menyatukan kembali kepingan hati tersebut.
Tuhan ciptakan 100 bahagian kasih sayang. 99 disimpan disisinya dan hanya 1 bahagian diturunkan ke dunia. Dengan kasih sayang yang satu bahagian itulah, makhluk saling berkasih sayang sehingga kuda mengangkat kakinya kerana takut anaknya terpijak.
Kadangkala kamu tidak menghargai orang yang mencintai kamu sepenuh hati, sehinggalah kamu kehilangannya. Pada saat itu, tiada guna sesalan karena perginya tanpa berpatah lagi.
Jangan mencintai seseorang seperti bunga, kerana bunga mati kala musim berganti. Cintailah mereka seperti sungai, kerana sungai mengalir selamanya.
Cinta mampu melunakkan besi, menghancurkan batu, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dasyatnya cinta !
Permulaan cinta adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kamu temukan di dalam dirinya.
Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setitis embun yang turun dari langit,bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus,tumbuhlah oleh kerana embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur,di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji.~ Hamka
Kata-kata cinta yang lahir hanya sekadar di bibir dan bukannya di hati mampu melumatkan seluruh jiwa raga, manakala kata-kata cinta yang lahir dari hati yang ikhlas mampu untuk mengubati segala luka di hati orang yang mendengarnya.
Kamu tidak pernah tahu bila kamu akan jatuh cinta. namun apabila sampai saatnya itu, raihlah dengan kedua tanganmu,dan jangan biarkan dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya
Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut ke mulut tetapi cinta adalah anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya.
Bukan laut namanya jika airnya tidak berombak. Bukan cinta namanya jika perasaan tidak pernah terluka. Bukan kekasih namanya jika hatinya tidak pernah merindu dan cemburu.
Bercinta memang mudah. Untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh.
Satu-satunya cara agar kita memperolehi kasih sayang, ialah jangan menuntut agar kita dicintai, tetapi mulailah memberi kasih sayang kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan. (Dale Carnagie)
Tuhan memberi kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah namanya Cinta.
Ada 2 titis air mata mengalir di sebuah sungai. Satu titis air mata tu menyapa air mata yg satu lagi,” Saya air mata seorang gadis yang mencintai seorang lelaki tetapi telah kehilangannya. Siapa kamu pula?”. Jawab titis air mata kedua tu,” Saya air mata seorang lelaki yang menyesal membiarkan seorang gadis yang mencintai saya berlalu begitu sahaja.”
Cinta sejati adalah ketika dia mencintai orang lain, dan kamu masih mampu tersenyum, sambil berkata: aku turut bahagia untukmu.
Jika kita mencintai seseorang, kita akan sentiasa mendoakannya walaupun dia tidak berada disisi kita.
Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.
Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan rasa suka dimulai dari telinga. Jadi jika kamu mahu berhenti menyukai seseorang, cukup dengan menutup telinga. Tapi apabila kamu Coba menutup matamu dari orang yang kamu cintai, cinta itu berubah menjadi titisan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam jarak waktu yang cukup lama.
Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.
Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia , lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya . Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya.
Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dan bercinta dengan orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterima kasih atas kurniaan itu.
Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat -Hamka
Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat.
Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.
Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu. Hanya untuk menemukan bahawa pada akhirnya menjadi tidak bererti dan kamu harus membiarkannya pergi.
Kamu tahu bahwa kamu sangat merindukan seseorang, ketika kamu memikirkannya hatimu hancur berkeping.
Dan hanya dengan mendengar kata “Hai” darinya, dapat menyatukan kembali kepingan hati tersebut.
Tuhan ciptakan 100 bahagian kasih sayang. 99 disimpan disisinya dan hanya 1 bahagian diturunkan ke dunia. Dengan kasih sayang yang satu bahagian itulah, makhluk saling berkasih sayang sehingga kuda mengangkat kakinya kerana takut anaknya terpijak.
Kadangkala kamu tidak menghargai orang yang mencintai kamu sepenuh hati, sehinggalah kamu kehilangannya. Pada saat itu, tiada guna sesalan karena perginya tanpa berpatah lagi.
Jangan mencintai seseorang seperti bunga, kerana bunga mati kala musim berganti. Cintailah mereka seperti sungai, kerana sungai mengalir selamanya.
Cinta mampu melunakkan besi, menghancurkan batu, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dasyatnya cinta !
Permulaan cinta adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kamu temukan di dalam dirinya.
Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setitis embun yang turun dari langit,bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus,tumbuhlah oleh kerana embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur,di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji.~ Hamka
Kata-kata cinta yang lahir hanya sekadar di bibir dan bukannya di hati mampu melumatkan seluruh jiwa raga, manakala kata-kata cinta yang lahir dari hati yang ikhlas mampu untuk mengubati segala luka di hati orang yang mendengarnya.
Kamu tidak pernah tahu bila kamu akan jatuh cinta. namun apabila sampai saatnya itu, raihlah dengan kedua tanganmu,dan jangan biarkan dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya
Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut ke mulut tetapi cinta adalah anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya.
Bukan laut namanya jika airnya tidak berombak. Bukan cinta namanya jika perasaan tidak pernah terluka. Bukan kekasih namanya jika hatinya tidak pernah merindu dan cemburu.
Bercinta memang mudah. Untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh.
Satu-satunya cara agar kita memperolehi kasih sayang, ialah jangan menuntut agar kita dicintai, tetapi mulailah memberi kasih sayang kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan. (Dale Carnagie)
Air mata Cinta
_
Ada 2 titis air mata mengalir di sebuah sungai. Satu titis air mata tu menyapa air mata yg satu lagi,
” Saya air mata seorang gadis yang mencintai seorang lelaki tetapi telah kehilangannya. Siapa kamu pula?”. Jawab titis air mata kedua tu,
” Saya air mata seorang lelaki yang menyesal membiarkan seorang gadis yang mencintai saya berlalu begitu sahaja.”
Cinta sejati adalah ketika dia mencintai orang lain,
dan kamu masih mampu tersenyum, sambil berkata: aku turut bahagia untukmu.
Jika kita mencintai seseorang,
kita akan sentiasa mendoakannya walaupun dia tidak berada disisi kita.
Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba.
Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.
Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan rasa suka dimulai dari telinga.
Jadi jika kamu mahu berhenti menyukai seseorang, cukup dengan menutup telinga.
Tapi apabila kamu Coba menutup matamu dari orang yang kamu cintai,
cinta itu berubah menjadi titisan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam jarak waktu yang cukup lama.
Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan.
Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati.
Kepada mereka yang masih ingin mencintai,
walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.
Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia ,
lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya .
Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya.
Ada 2 titis air mata mengalir di sebuah sungai. Satu titis air mata tu menyapa air mata yg satu lagi,
” Saya air mata seorang gadis yang mencintai seorang lelaki tetapi telah kehilangannya. Siapa kamu pula?”. Jawab titis air mata kedua tu,
” Saya air mata seorang lelaki yang menyesal membiarkan seorang gadis yang mencintai saya berlalu begitu sahaja.”
Cinta sejati adalah ketika dia mencintai orang lain,
dan kamu masih mampu tersenyum, sambil berkata: aku turut bahagia untukmu.
Jika kita mencintai seseorang,
kita akan sentiasa mendoakannya walaupun dia tidak berada disisi kita.
Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba.
Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.
Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan rasa suka dimulai dari telinga.
Jadi jika kamu mahu berhenti menyukai seseorang, cukup dengan menutup telinga.
Tapi apabila kamu Coba menutup matamu dari orang yang kamu cintai,
cinta itu berubah menjadi titisan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam jarak waktu yang cukup lama.
Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan.
Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati.
Kepada mereka yang masih ingin mencintai,
walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.
Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia ,
lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya .
Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya.
Lakukan saja...
_Tiap orang kadang merasa hidupnya hampa, bingung harus mengerjakan
apa. Bedanya ada orang-orang yang sebenarnya menyadari apa hakikat hidup
ini dan ada pula yang tak mengerti kehadirannya di dunia ini untuk apa.Orang
yang sadar bahwa tujuannya di ciptakan adalah khalifah fil ardhi,
menjadi khalifah di muka bumi. Beribadah, apapun yang di lakukannya di
upayakan memiliki nilai ibadah. Jika pun kadang ia menjadi hampa, itu
hanya suatu warna tersendiri yang menjadi sebuah masa rehat untuk
memikirkan apa yang akan di lakukan selanjutnya. Bukan lena untuk jangka
panjang dan kebingungan tanpa sebab dan akibat.
Sedang yang belum paham akan kehadirannya di muka bumi, biasanya akan kurang menghargai nilai usia yang di berikan Allah. Untuk langkahnya pun kadang ia tak paham mengapa ia lakukan dan untuk apa di lakukan.
Bisa jadi, aku dan kau merasa berada pada dua kondisi di atas. Ketika pada satu masa berada di titik puncak semangat menjadi hamba Allah yang bertaqwa, hati kita berbunga-bunga, senyum selalu tersirat karena kita mampu melaksanakan peran sebagai seorang hamba dengan baik. Tapi di masa lain, karena suatu sebab kita berada pada di titik terendah kelemahan sebagai manusia yang bingung hendak melakukan apa dan melangkah ke mana.
Suatu keadaan yang normal, jalani saja. Asalkan jangan sampai kita terlena terlalu lama tanpa mencari pengobar semangat lainnya.
Sebelum menjadi paham, kita adalah hamba yang tak mengerti. Tapi dengan di iringi rasa keingintahuan tentang hakikat penciptaan manusia maka perlahan kita akan bisa menjalani kehidupan lebih bermakna.
Setelah paham akan hakikat penciptaan manusia, sering kita bingung. Merasa tak memiliki kemampuan apapun yang di gunakan sebagai sarana untuk menyampaikan kebenaran.
Tak perlu kita berharap menjadi seorang dai ternama yang mampu mengajak jutaan ummat ke jalan hidayah. Jika kita memang belum mampu untuk melakukan semua itu. Perlahan saja kita lakukan dengan apa yang kita bisa dan kita miliki. Sesuai dengan bidang yang kita kuasai.
Jika kamu bisa menulis, upayakanlah menulis sesuatu yang mampu mengajak orang lain pada cahaya Islam. Mengenal Allah dan RasulNya. Jika kamu penyanyi, nyanyikanlah lirik lagu yang bernafaskan Islam. Amar ma’ruf nahi munkar. Jika kamu senang mendaki gunung, jadikanlah pendakian itu menjadi sarana dakwah bagi teman seperjalananmu dan orang-orang yang kau temui di gunung. Juga sebagai sarana menjaga habitat alam tanpa merusaknya sedikit pun. Jika kau seorang guru, manfaatkanlah kewibawaanmu untuk mendekati murid-muridmu dari hati ke hati. Ajarkan mereka jika mereka menyimpang. Luruskanlah mereka jika mereka bengkok.
Lakukan sebisa kita, Allah menitipkan berbagai kemampuan bukan semata hanya untuk kepentingan dunia dan melupakan akhirat. Jemput keberkahan dengan memaksimalkan kemampuan dan pekerjaan kita semata-mata agar bernilai ibadah. Karena langkah seribu di mulai dari langkah pertama. Pelan-pelan kita jalani.
Paling tidak, dengan melakukan sesuatu yang kita senangi maka tak ada keterpaksaan dalam hati. Hanya dengan meluruskan niat, jadi apa yang kita lakukan bisa menjadi lading amal untuk bekal kelak. Walaupun nantinya kita lelah, akan cukup beristirahat sejenak kemudian melanjutkan perjalanan mengumpulkan keridhaan Allah dalam jejak langkah kita.
Tanpa ada praktek penghambaan kepada Allah. Bisa di pastikan betapa keringnya hidup ini. Layaknya daun kering kurang pengairan, maka akan meranggas perlahan. Begitu pun hati kita, jika tak di basahi dengan amal kebaikan maka hati akan menjadi mati.
Hidup hanya menjadi suatu kefanaan. Monoton. Karena yang di lakukan hanya untuk dunia dan dunia. Tiap harinya hanya berfikir bagaimana meraih dunia. Jika pun secara fisik nampak kebahagiaan. Secara tak kasat mata, ada hati yang mencari suatu kebahagiaan sejati, yang pastinya bukan pada dunia melainkan hanya Allah Azza Wajalla.
Di mulai dengan sedikit berfikir tentang akhirat. Di mulai dengan melakukan sedikit untuk amal kebaikan untuk bekal di akhirat. Maka kelamaan akan menjadi suatu candu. Lakukan saja. Di mulai dari sedikit yang kita bisa daripada tidak melakukan sama sekali. Bukan kuantitas yang Allah lihat. Bukan ketenaran di mata manusia yang Allah nilai. Tapi bagaimana usaha kita untuk sungguh-sungguh menjalankan misi di dunia ini menjadi khalifah fil ardhi dan mempraktekkan penghambaan hanya kepada Allah.
Allahu’alam.
Sedang yang belum paham akan kehadirannya di muka bumi, biasanya akan kurang menghargai nilai usia yang di berikan Allah. Untuk langkahnya pun kadang ia tak paham mengapa ia lakukan dan untuk apa di lakukan.
Bisa jadi, aku dan kau merasa berada pada dua kondisi di atas. Ketika pada satu masa berada di titik puncak semangat menjadi hamba Allah yang bertaqwa, hati kita berbunga-bunga, senyum selalu tersirat karena kita mampu melaksanakan peran sebagai seorang hamba dengan baik. Tapi di masa lain, karena suatu sebab kita berada pada di titik terendah kelemahan sebagai manusia yang bingung hendak melakukan apa dan melangkah ke mana.
Suatu keadaan yang normal, jalani saja. Asalkan jangan sampai kita terlena terlalu lama tanpa mencari pengobar semangat lainnya.
Sebelum menjadi paham, kita adalah hamba yang tak mengerti. Tapi dengan di iringi rasa keingintahuan tentang hakikat penciptaan manusia maka perlahan kita akan bisa menjalani kehidupan lebih bermakna.
Setelah paham akan hakikat penciptaan manusia, sering kita bingung. Merasa tak memiliki kemampuan apapun yang di gunakan sebagai sarana untuk menyampaikan kebenaran.
Tak perlu kita berharap menjadi seorang dai ternama yang mampu mengajak jutaan ummat ke jalan hidayah. Jika kita memang belum mampu untuk melakukan semua itu. Perlahan saja kita lakukan dengan apa yang kita bisa dan kita miliki. Sesuai dengan bidang yang kita kuasai.
Jika kamu bisa menulis, upayakanlah menulis sesuatu yang mampu mengajak orang lain pada cahaya Islam. Mengenal Allah dan RasulNya. Jika kamu penyanyi, nyanyikanlah lirik lagu yang bernafaskan Islam. Amar ma’ruf nahi munkar. Jika kamu senang mendaki gunung, jadikanlah pendakian itu menjadi sarana dakwah bagi teman seperjalananmu dan orang-orang yang kau temui di gunung. Juga sebagai sarana menjaga habitat alam tanpa merusaknya sedikit pun. Jika kau seorang guru, manfaatkanlah kewibawaanmu untuk mendekati murid-muridmu dari hati ke hati. Ajarkan mereka jika mereka menyimpang. Luruskanlah mereka jika mereka bengkok.
Lakukan sebisa kita, Allah menitipkan berbagai kemampuan bukan semata hanya untuk kepentingan dunia dan melupakan akhirat. Jemput keberkahan dengan memaksimalkan kemampuan dan pekerjaan kita semata-mata agar bernilai ibadah. Karena langkah seribu di mulai dari langkah pertama. Pelan-pelan kita jalani.
Paling tidak, dengan melakukan sesuatu yang kita senangi maka tak ada keterpaksaan dalam hati. Hanya dengan meluruskan niat, jadi apa yang kita lakukan bisa menjadi lading amal untuk bekal kelak. Walaupun nantinya kita lelah, akan cukup beristirahat sejenak kemudian melanjutkan perjalanan mengumpulkan keridhaan Allah dalam jejak langkah kita.
Tanpa ada praktek penghambaan kepada Allah. Bisa di pastikan betapa keringnya hidup ini. Layaknya daun kering kurang pengairan, maka akan meranggas perlahan. Begitu pun hati kita, jika tak di basahi dengan amal kebaikan maka hati akan menjadi mati.
Hidup hanya menjadi suatu kefanaan. Monoton. Karena yang di lakukan hanya untuk dunia dan dunia. Tiap harinya hanya berfikir bagaimana meraih dunia. Jika pun secara fisik nampak kebahagiaan. Secara tak kasat mata, ada hati yang mencari suatu kebahagiaan sejati, yang pastinya bukan pada dunia melainkan hanya Allah Azza Wajalla.
Di mulai dengan sedikit berfikir tentang akhirat. Di mulai dengan melakukan sedikit untuk amal kebaikan untuk bekal di akhirat. Maka kelamaan akan menjadi suatu candu. Lakukan saja. Di mulai dari sedikit yang kita bisa daripada tidak melakukan sama sekali. Bukan kuantitas yang Allah lihat. Bukan ketenaran di mata manusia yang Allah nilai. Tapi bagaimana usaha kita untuk sungguh-sungguh menjalankan misi di dunia ini menjadi khalifah fil ardhi dan mempraktekkan penghambaan hanya kepada Allah.
Allahu’alam.
Motivasi dan prestasi
_Sejarah menjadi sumber inspirasi dalam gerak para penggerak. Sejarah
menjadi aplikasi operasional dalam menggalang semangat, eksistensi dan
azimah (kemauan) yang diharapkan konsisten. Sejarah bukan menjadi hal
yang usang ditelan zaman karena sejarah agama ini sungguh nikmat
dipelajari apalagi tokoh-tokoh di dalamnya, yang kian hari dipelajari
kian merinding lalu menahan haru akan eksistensi iman yang kokoh dan
menginspirasi.Yang penulis maksud “sejarah” adalah sejarah Islam
yang menghasilkan tokoh-tokoh besar yang wafat atau bahkan syahid dengan
kebesarannya, kemuliaan serta janji pasti dari ALLAH SWT untuknya. Kala
itu Abdullah bin Mas’ud tak kuasa menahan tangis ketika rombongannya
berhenti di tengah sahara, melihat janji pasti yang Rasul ALLAH sabdakan
baginya, ya bagi seorang Abu Dzar. Abdullah bin Mas’ud berkata,
“Sungguh benar Rasulullah yang pernah bersabda, ‘Kamu berjalan sendirian, mati sendirian, dan dibangkitkan sendirian.’”
Jalan-jalan sejarah mereka bukan sejarah biasa tanpa makna namun mereka mendapat janji pasti akan kemuliaan di kehidupan berikutnya. Pembaca, apa kiranya yang membuat mereka sungguh kuat dalam azimah (kemauan)? Apa kiranya yang membuat mereka bak singa di medan laga? Apa kiranya yang membuat mereka terenyuh dan tak sulit menangis di kala malam? Penulis melihat beberapa keunggulan yang perlu kita teladani, dalam gerak mereka memiliki kesamaan yang sulit ditandingi. Setelah 2 kisah ini semoga pembaca dapat mengambil kesimpulannya.
Siapa yang tak kenal Abu Bakar, salah satu dari 2 orang di dalam gua? Sebagai sahabat yang mula-mula masuk Islam, kebesarannya sangat historis, dari menjadi khalifatur Rasul pasca wafatnya Rasul ALLAH hingga strategi-strategi tegasnya dalam menumpas kaum murtad sekelas Musailamah di Yamamah dan Aswad bin Al Ansi di Yaman. Hatinya mudah menangis kala berinteraksi dengan kalam ALLAH, namun ketika berbicara tentang tauhid, tak ada yang lebih keras darinya. Di masa-masa awal Islam masih dalam tekanan, tak sulit menemukan budak yang telah menyatakan Islam disiksa di muka umum di jalanan Mekah. Dalam sejarah kita melihat bagaimana bilal disiksa oleh Umayyah bin Khalaf begitu pula Amir bin Fuhairah yang juga disiksa oleh majikannya. Keduanya pada akhir perjalanan dibebaskan oleh Abu bakar RA. Pada kesempatan lain Abu bakar RA. melewati seorang budak wanita lalu membeli dan memerdekakannya. Abu Quhafah (ayah Abu bakar) berkata,
“Wahai anakku, saya lihat kamu memerdekakan budak-budak yang lemah, mengapa kamu tidak memerdekakan budak-budak lelaki yang kuat sehingga mereka bisa membela dan mendukung kamu?”
Abu bakar menjawab,
“Wahai bapakku, tiada yang aku inginkan selain keridhaan ALLAH.”
Kini kita beranjak pada kisah kedua, kala itu Umar bin Khathab menyampaikan pidato pasca pembaiatannya sebagai amirul mukminin, mari kita simak pidatonya,
“Bertaqwalah kepada ALLAH, bantulah saya mengenai tugas Saudara-saudara, dan bantulah saya dalam tugas saya menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, dan bekalilah saya dengan nasihat-nasihat saudara-saudara sehubungan dengan tugas yang dipercayakan ALLAH kepada saya demi kepentingan saudara-saudara sekalian. Demikianlah apa yang sudah saya sampaikan, semoga ALLAH mengampuni kita semua.”
Pembaca yang baik, apalagi yang dibutuhkan kalau pemimpin kedaulatan yang kian hari kian maju kala itu hanya bertumpu pada satu Dzat yang maha besar? Kedua sahabat besar ini mempertunjukkan hasil dakwah yang mengagumkan, keduanya hanya bertumpu pada satu hal, Ridha ALLAH dalam langkahnya. Ketika ridha ALLAH yang dicari, memimpin menjadi tugas terbesar dan penting serta langkah-langkah yang mulia itu tidak akan jauh dari pengawasan sang khalik yang tidak pernah tidur barang sedetik pun. Karenanya, bagi kita yang menjalani hidup ada baiknya sirah menjadi aplikasi operasional seperti yang diungkap oleh seorang syaikh, lalu ketika sirah menjadi salah satu motivasi dalam kebaikan akan berujung pada inspirasi dan prestasi dalam menyebar kebaikan. Kadang kebaikan bukanlah berpikir terlalu besar hingga tersendat untuk melakukannya, karena memindahkan duri dari jalanan pun adalah buah dari sikap dakwah secara aplikatif.
Mari merenung akan peringatan yang sering disampaikan Rasul pada sahabatnya,
“Jabatan adalah amanah. Dan di hari kiamat kelak akan menyebabkan kehinaan dan penyesalan, kecuali orang yang mengembannya dengan benar, dan menunaikan kewajibannya.”
Motivasi (ridha ALLAH) berujung prestasi (kemuliaan dunia dan akhirat).
“Sungguh benar Rasulullah yang pernah bersabda, ‘Kamu berjalan sendirian, mati sendirian, dan dibangkitkan sendirian.’”
Jalan-jalan sejarah mereka bukan sejarah biasa tanpa makna namun mereka mendapat janji pasti akan kemuliaan di kehidupan berikutnya. Pembaca, apa kiranya yang membuat mereka sungguh kuat dalam azimah (kemauan)? Apa kiranya yang membuat mereka bak singa di medan laga? Apa kiranya yang membuat mereka terenyuh dan tak sulit menangis di kala malam? Penulis melihat beberapa keunggulan yang perlu kita teladani, dalam gerak mereka memiliki kesamaan yang sulit ditandingi. Setelah 2 kisah ini semoga pembaca dapat mengambil kesimpulannya.
Siapa yang tak kenal Abu Bakar, salah satu dari 2 orang di dalam gua? Sebagai sahabat yang mula-mula masuk Islam, kebesarannya sangat historis, dari menjadi khalifatur Rasul pasca wafatnya Rasul ALLAH hingga strategi-strategi tegasnya dalam menumpas kaum murtad sekelas Musailamah di Yamamah dan Aswad bin Al Ansi di Yaman. Hatinya mudah menangis kala berinteraksi dengan kalam ALLAH, namun ketika berbicara tentang tauhid, tak ada yang lebih keras darinya. Di masa-masa awal Islam masih dalam tekanan, tak sulit menemukan budak yang telah menyatakan Islam disiksa di muka umum di jalanan Mekah. Dalam sejarah kita melihat bagaimana bilal disiksa oleh Umayyah bin Khalaf begitu pula Amir bin Fuhairah yang juga disiksa oleh majikannya. Keduanya pada akhir perjalanan dibebaskan oleh Abu bakar RA. Pada kesempatan lain Abu bakar RA. melewati seorang budak wanita lalu membeli dan memerdekakannya. Abu Quhafah (ayah Abu bakar) berkata,
“Wahai anakku, saya lihat kamu memerdekakan budak-budak yang lemah, mengapa kamu tidak memerdekakan budak-budak lelaki yang kuat sehingga mereka bisa membela dan mendukung kamu?”
Abu bakar menjawab,
“Wahai bapakku, tiada yang aku inginkan selain keridhaan ALLAH.”
Kini kita beranjak pada kisah kedua, kala itu Umar bin Khathab menyampaikan pidato pasca pembaiatannya sebagai amirul mukminin, mari kita simak pidatonya,
“Bertaqwalah kepada ALLAH, bantulah saya mengenai tugas Saudara-saudara, dan bantulah saya dalam tugas saya menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, dan bekalilah saya dengan nasihat-nasihat saudara-saudara sehubungan dengan tugas yang dipercayakan ALLAH kepada saya demi kepentingan saudara-saudara sekalian. Demikianlah apa yang sudah saya sampaikan, semoga ALLAH mengampuni kita semua.”
Pembaca yang baik, apalagi yang dibutuhkan kalau pemimpin kedaulatan yang kian hari kian maju kala itu hanya bertumpu pada satu Dzat yang maha besar? Kedua sahabat besar ini mempertunjukkan hasil dakwah yang mengagumkan, keduanya hanya bertumpu pada satu hal, Ridha ALLAH dalam langkahnya. Ketika ridha ALLAH yang dicari, memimpin menjadi tugas terbesar dan penting serta langkah-langkah yang mulia itu tidak akan jauh dari pengawasan sang khalik yang tidak pernah tidur barang sedetik pun. Karenanya, bagi kita yang menjalani hidup ada baiknya sirah menjadi aplikasi operasional seperti yang diungkap oleh seorang syaikh, lalu ketika sirah menjadi salah satu motivasi dalam kebaikan akan berujung pada inspirasi dan prestasi dalam menyebar kebaikan. Kadang kebaikan bukanlah berpikir terlalu besar hingga tersendat untuk melakukannya, karena memindahkan duri dari jalanan pun adalah buah dari sikap dakwah secara aplikatif.
Mari merenung akan peringatan yang sering disampaikan Rasul pada sahabatnya,
“Jabatan adalah amanah. Dan di hari kiamat kelak akan menyebabkan kehinaan dan penyesalan, kecuali orang yang mengembannya dengan benar, dan menunaikan kewajibannya.”
Motivasi (ridha ALLAH) berujung prestasi (kemuliaan dunia dan akhirat).
Selamat Hari IBU
_Detik terus berlalu menjelma menjadi menit, jam, hari, bulan dan
tahun, terus berputar. Beragam peristiwa silih berganti menghiasi
sembaran sejarah kehidupan ini, mulai dari yang semanis gula sampai yang
sepahit empedu. Ada tawa dan senyum, kejayaan dan kegagalan, harapan
dan ketakutan, sedih dan gelisah yang menghiasi.Kenangan. Ya,
setiap orang pasti mempunyai kenangan. Segala sesuatu yang berlalu dari
sebuah perjalanan panjang pengembaraan manusia yang berupa apa saja dan
dimana saja. Bila diingat-ingat kadang menciptakan tawa atau senyum,
atau mungkin sedih atau kecewa. Ada kenangan yang terekam kuat dalam
memori sehingga kita tidak dapat melupakannya atau peristiwa yang hanya
sekedar lewat sehingga tidak berbuah kenangan.
Kenangan semenjak panggilan manja ”nak” oleh Bunda atau Ayah tercinta kemudian berubah menjadi ”kakak/abang” oleh adik sampai pada panggilan mesra ” kanda” oleh istri dan mungkin nanti ” ayah” oleh anak-anak kita. Saat panggilan ibu menyuruh pergi mengaji. Suara sang guru memberi pengajaran. Canda-tawa teman-teman saat bermain. Tegur ramah tetangga yang menyentuh kalbu. Lembaran itu bagai tertiup sepoi-sepoi angin. Tak tersadar layar otak sarat dengan puing-puing memori.
Kenangan dapat menjadi cemeti pelecut untuk dapat berbuat lebih baik dan untuk menggapai kesuksesan masa depan. Ia dapat menembus rintangan dinding beton dan kawat berduri yang berdiri kokoh.
Oleh karena itu kenanglah semua kesuksesan masa lalu kita, mulai dari yang kecil sampai yang besar. Waktu kecil kita berhasil menghafal satu surat Al Quran, puasa Ramadhan satu bulan penuh, juara kelas, lulus kuliah, atau mendapatkan pekerjaan.
Sebaliknya kenangan dapat menjadi bayang-bayang kelam masa depan, menjadi tembok penghalang kesuksesan kita. Kegagalan-kegagalan masa lalu kadang membuat kita menjadi pesimistis, merasa rendah diri, atau merasa tidak mampu melakukan sesuatu, sehingga malas untuk berkarya.
Oleh karena itu putarlah memori otak – tepatnya otak tengah/sistem limbik yang di dalamnya terdapat amigdala yang merupakan bank memori otak, tempat menyimpan semua kenangan untuk mendapatkan kenangan-kenangan terbaik yang menjadi cemeti pelecut untuk kesuksesan kita dan kuburlah dalam-dalam kenangan-kenangan yang dapat menjadi tembok penghalang kesuksesan.
Dalam lingkup yang lebih luas, tak heran kita mulai SD sudah belajar sejarah. Termasuk juga kejayaan masa lalu, majapahit, sriwijaya, dan tentunya kejayaan Islam masa-masa awal kenabian. Itu semua adalah untuk membangkitkan motivasi kita untuk berbuat lebih baik, tentunya.
Maka jadilah pahlawan pembela negara atau mujahid Palestina yang meluluhlantakkan tank-tank Zionis Yahudi atau seorang dermawan yang setiap saat menyedekahkan hartanya atau apapun namanya sehingga ketiadaan kita dicari dan keberadaan kita diharapkan dan dibutuhkan. Setelah meninggal orang akan mengenang kebaikan kita dan berharap akan muncul generasi seperti kita. Lebih dari itu semua, ada sebuah gelar mulia yang dilahirkan dari sebuah kenangan yang patut dimiliki oleh semua kita. Mardhatillah. Bagaimana dengan Anda?
Kenangan semenjak panggilan manja ”nak” oleh Bunda atau Ayah tercinta kemudian berubah menjadi ”kakak/abang” oleh adik sampai pada panggilan mesra ” kanda” oleh istri dan mungkin nanti ” ayah” oleh anak-anak kita. Saat panggilan ibu menyuruh pergi mengaji. Suara sang guru memberi pengajaran. Canda-tawa teman-teman saat bermain. Tegur ramah tetangga yang menyentuh kalbu. Lembaran itu bagai tertiup sepoi-sepoi angin. Tak tersadar layar otak sarat dengan puing-puing memori.
Kenangan dapat menjadi cemeti pelecut untuk dapat berbuat lebih baik dan untuk menggapai kesuksesan masa depan. Ia dapat menembus rintangan dinding beton dan kawat berduri yang berdiri kokoh.
Oleh karena itu kenanglah semua kesuksesan masa lalu kita, mulai dari yang kecil sampai yang besar. Waktu kecil kita berhasil menghafal satu surat Al Quran, puasa Ramadhan satu bulan penuh, juara kelas, lulus kuliah, atau mendapatkan pekerjaan.
Sebaliknya kenangan dapat menjadi bayang-bayang kelam masa depan, menjadi tembok penghalang kesuksesan kita. Kegagalan-kegagalan masa lalu kadang membuat kita menjadi pesimistis, merasa rendah diri, atau merasa tidak mampu melakukan sesuatu, sehingga malas untuk berkarya.
Oleh karena itu putarlah memori otak – tepatnya otak tengah/sistem limbik yang di dalamnya terdapat amigdala yang merupakan bank memori otak, tempat menyimpan semua kenangan untuk mendapatkan kenangan-kenangan terbaik yang menjadi cemeti pelecut untuk kesuksesan kita dan kuburlah dalam-dalam kenangan-kenangan yang dapat menjadi tembok penghalang kesuksesan.
Dalam lingkup yang lebih luas, tak heran kita mulai SD sudah belajar sejarah. Termasuk juga kejayaan masa lalu, majapahit, sriwijaya, dan tentunya kejayaan Islam masa-masa awal kenabian. Itu semua adalah untuk membangkitkan motivasi kita untuk berbuat lebih baik, tentunya.
Maka jadilah pahlawan pembela negara atau mujahid Palestina yang meluluhlantakkan tank-tank Zionis Yahudi atau seorang dermawan yang setiap saat menyedekahkan hartanya atau apapun namanya sehingga ketiadaan kita dicari dan keberadaan kita diharapkan dan dibutuhkan. Setelah meninggal orang akan mengenang kebaikan kita dan berharap akan muncul generasi seperti kita. Lebih dari itu semua, ada sebuah gelar mulia yang dilahirkan dari sebuah kenangan yang patut dimiliki oleh semua kita. Mardhatillah. Bagaimana dengan Anda?
Prestasi dan Prestise
_Saya akan memulai tulisan ini dengan beberapa firman dari Allah dan petuah kekasihNya, Rasulullah SAW “…maka berlomba-lombalah kamu dalam hal kebaikan…” (QS Al-Baqarah 148)
“…sungguh yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling tinggi ketaqwaannya…” (QS Al-Hujurat 13)
“…sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi orang lain.” (HR Bukhari)
Kawan, tiga buah hujjah di atas sedang berbicara pada kita tentang satu hal, prestasi. Prestasi adalah suatu hal yang sangat penting, sehingga dia menjadi pantas diserukan dalam Al-Qur’an dan hadits Rasul. Berprestasi sebenarnya menjadi tuntutan bagi setiap muslim, karena harga seorang muslim di hadapan Allah nantinya ditentukan oleh prestasi taqwa yang dia ukir selama hidup di dunia. Allah dan Rasul memberikan sebuah pattern bahwa yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah adalah yang paling tinggi prestasi taqwa-nya.
Tapi sadar kita atau tidak, ada saudara kembar yang selalu hadir bersama prestasi, yaitu prestise, kebanggaan. Prestasi dan prestise adalah dua hal yang mungkin akan selalu hadir bersama. Ketidakbijakan kita untuk menempatkan mereka dengan baik bisa berujung petaka bagi kita, kalau tidak akan di dunia, mungkin petaka di akhirat. Yang harus kita sadari adalah bahwa prestise hanyalah merupakan konsekuensi logis ketika prestasi luar biasa telah terukir. Prestise seharusnya bukanlah sesuatu yang menjadi alasan dan membuat kita mau bergerak. Lihatlah apa yang didapatkan oleh manusia-manusia sekelas Abu Bakar Sidq, Khalid bin Walid, Muhammad Al-Fatih, Thariq bin Ziyad, sampai Hasan Al Banna. Mereka adalah manusia-manusia yang bergerak karena dorongan nuraninya, karena kecintaan dan kepatuhan pada Tuhannya, mengukir prestasi-prestasi yang sangat agung, sehingga prestise adalah suatu hal yang hadir dengan sendirinya, bukanlah hal yang mereka kejar.
Namun sebaliknya, mungkin banyak di antara yang sering terjebak pada kondisi dimana kita sering berpikir prestise terlebih dahulu, sering berpikir ketenaran atau keterkenalan di awal. Sehingga tak jarang fokus pada prestise itulah yang membuat kita tak pernah mengukir prestasi, ataupun kalau prestasi itu pernah hadir hanya akan menjadi prestasi di mata manusia saja, tidak di mata Allah. Bukankah kita sudah sama-sama tahu, betapa penting yang namanya niat, betapa sangat menentukan yang namanya niat, seperti yang diungkapkan dalam Hadits Arba’in yang pertama, “sesungguhnya segala amal itu tergantung pada niatnya…”. Jika prestise menjadi niat utama kita bergerak, maka akan sangat rugi lah kita, karena ia hanya akan menjadi fatamorgana saja, begitu “wah” di mata manusia tapi nol besar di mata Allah.
Kuingin ingatkan pada pribadi ini dan pada kawan-kawan semua, berhati-hatilah. Luruskan lagi niat di setiap gerak dan ibadah kita, di setiap tegak dan sujud kita. Buang jauh-jauh perasaan mau bergerak karena hanya mengejar sebuah prestise, tapi bergeraklah karena kita sama-sama ingin berprestasi di mata Allah. Semoga setiap helaan nafas kita menjadi bagian prestasi yang akan terukir indah dan akan menjadi penolong kita nanti di hadapan Allah.
Terakhir, sebuah pertanyaan renungan, sudah adakah prestasi yang kita ukir sampai detik ini yang bisa kita banggakan di hadapan Allah kelak??’
“…sungguh yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling tinggi ketaqwaannya…” (QS Al-Hujurat 13)
“…sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi orang lain.” (HR Bukhari)
Kawan, tiga buah hujjah di atas sedang berbicara pada kita tentang satu hal, prestasi. Prestasi adalah suatu hal yang sangat penting, sehingga dia menjadi pantas diserukan dalam Al-Qur’an dan hadits Rasul. Berprestasi sebenarnya menjadi tuntutan bagi setiap muslim, karena harga seorang muslim di hadapan Allah nantinya ditentukan oleh prestasi taqwa yang dia ukir selama hidup di dunia. Allah dan Rasul memberikan sebuah pattern bahwa yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah adalah yang paling tinggi prestasi taqwa-nya.
Tapi sadar kita atau tidak, ada saudara kembar yang selalu hadir bersama prestasi, yaitu prestise, kebanggaan. Prestasi dan prestise adalah dua hal yang mungkin akan selalu hadir bersama. Ketidakbijakan kita untuk menempatkan mereka dengan baik bisa berujung petaka bagi kita, kalau tidak akan di dunia, mungkin petaka di akhirat. Yang harus kita sadari adalah bahwa prestise hanyalah merupakan konsekuensi logis ketika prestasi luar biasa telah terukir. Prestise seharusnya bukanlah sesuatu yang menjadi alasan dan membuat kita mau bergerak. Lihatlah apa yang didapatkan oleh manusia-manusia sekelas Abu Bakar Sidq, Khalid bin Walid, Muhammad Al-Fatih, Thariq bin Ziyad, sampai Hasan Al Banna. Mereka adalah manusia-manusia yang bergerak karena dorongan nuraninya, karena kecintaan dan kepatuhan pada Tuhannya, mengukir prestasi-prestasi yang sangat agung, sehingga prestise adalah suatu hal yang hadir dengan sendirinya, bukanlah hal yang mereka kejar.
Namun sebaliknya, mungkin banyak di antara yang sering terjebak pada kondisi dimana kita sering berpikir prestise terlebih dahulu, sering berpikir ketenaran atau keterkenalan di awal. Sehingga tak jarang fokus pada prestise itulah yang membuat kita tak pernah mengukir prestasi, ataupun kalau prestasi itu pernah hadir hanya akan menjadi prestasi di mata manusia saja, tidak di mata Allah. Bukankah kita sudah sama-sama tahu, betapa penting yang namanya niat, betapa sangat menentukan yang namanya niat, seperti yang diungkapkan dalam Hadits Arba’in yang pertama, “sesungguhnya segala amal itu tergantung pada niatnya…”. Jika prestise menjadi niat utama kita bergerak, maka akan sangat rugi lah kita, karena ia hanya akan menjadi fatamorgana saja, begitu “wah” di mata manusia tapi nol besar di mata Allah.
Kuingin ingatkan pada pribadi ini dan pada kawan-kawan semua, berhati-hatilah. Luruskan lagi niat di setiap gerak dan ibadah kita, di setiap tegak dan sujud kita. Buang jauh-jauh perasaan mau bergerak karena hanya mengejar sebuah prestise, tapi bergeraklah karena kita sama-sama ingin berprestasi di mata Allah. Semoga setiap helaan nafas kita menjadi bagian prestasi yang akan terukir indah dan akan menjadi penolong kita nanti di hadapan Allah.
Terakhir, sebuah pertanyaan renungan, sudah adakah prestasi yang kita ukir sampai detik ini yang bisa kita banggakan di hadapan Allah kelak??’